Berikut ini adalah salah satu bagian dari buku "PEMURIDAN: SENI
YANG
HILANG", tulisan LeRoy Eims. Buku ini menguraikan tentang proses
pertumbuhan iman orang percaya dan pola pembimbingan yang menjadi
pengalaman pribadi dari penulis. Buku ini sangat menarik dan cocok
dipakai sebagai pola untuk melakukan pemuridan di kalangan warga
gereja (dan juga pelayanan mahasiswa).
Pentingnya
Melipatgandakan Murid
"Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid
di Yerusalem
makin bertambah banyak." (Kisah Para Rasul 6:7)
Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk bertemu
dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di
gerejanya. Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat.
Sering ada orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah
sampai ia harus mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali.
Ternyata Allah memberkati pelayanannya.
Tetapi pendeta itu juga mempunyai persoalan. Kecuali ia melatih
pekerja-pekerja yang kerohaniannya memenuhi syarat, ia tahu bahwa
banyak orang Kristen baru tidak dapat memperoleh pertolongan yang
diperlukannya dalam pertumbuhan rohani. Juga mereka tidak dapat
berkembang menjadi murid Yesus Kristus yang kuat. Dan pendeta itu
tahu bahwa ia adalah kuncinya. Keseluruhan proses itu harus dimulai
dari dia. Ia tidak dapat menyerahkannya kepada orang lain. Sebagai
pemimpin rohani dari orang-orang itu, ia harus menjadi perintis
dalam pelayanan itu.
Persoalan yang lain: ia sibuk sekali. Banyak hal menuntut
perhatiannya; banyak orang menuntut waktunya. Seperti banyak
pendeta lainnya, ia memakai banyak waktunya untuk mengatasi
persoalan-persoalan kecil dalam gerejanya. Satu soal belum selesai,
soal lainnya sudah timbul.
Pendeta itu menggunakan terlalu banyak waktu untuk melayani orang-
orang yang selalu mempunyai banyak persoalan. Dia sibuk membereskan
persoalan, mendamaikan seorang dengan yang lain, mengurus
perselisihan keluarga yang sulit, dan menghadapi 1001 soal lainnya.
Ia menjadi frustasi.
Tetapi ia mempunyai angan-angan. Kadang-kadang ia masuk ke dalam
kamar belajarnya, dan memikirkan keadaannya dari sisi yang lain.
Ia melamun, tidakkah lebih baik jika ia memiliki orang-orang yang
kerohaniannya telah bertumbuh untuk menolong mengatasi persoalan-
persoalan "rohani" yang terus-menerus timbul di gereja ini?
Yang ia maksudkan bukanlah orang-orang yang hanya membawakan pita
rekaman khotbah pendeta untuk orang-orang di penjara, membagikan
makanan, pakaian dan bantuan keuangan untuk yang memerlukan,
mengajar di Sekolah Minggu, atau menolong pendeta mengatur
urusan dan keuangan gereja. Maksudnya ialah orang-orang yang
mengetahui bagaimana memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian
membimbingnya dari saat pertobatannya sampai menjadi seorang murid
yang kokoh, berserah, mengabdi, berbuah, dan dewasa; dan yang pada
suatu waktu dapat mengulangi proses itu dalam kehidupan orang lain.
Teman saya tersenyum di dalam kamar belajarnya ketika melamunkan
lamunan yang indah itu. Kemudian ia merasa gentar kembali ketika
melihat kenyataan yang sebenarnya. Dan ialah orang satu-satunya
di dalam jemaat itu yang memenuhi syarat secara rohani dan dapat
menolong. Maka ia mengesampingkan lamunannya, membawa Alkitabnya,
dan keluar pintu.
Sesudah kami membicarakan bersama-sama mengenai bagaimana menjadikan
orang murid dan bagaimana melatih pekerja, pendeta itu kembali ke
gerejanya dan mulai menjalankan prinsip-prinsip yang saya utarakan
kepadanya dan yang diajarkan di dalam buku ini.
Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid-
murid dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya
bagi Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk
memenangkan orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang
bertobat itu, supaya mengulangi proses itu.
Melipatgandakan
Atau Tidak?
Beberapa tahun yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang Kristen
muda yang bersemangat. "Bob," tanya saya, "hal apakah yang bagimu
paling membawa sukacita dalam hidup ini?"
"Akh, LeRoy, mudah sekali," jawabnya. "Membimbing seseorang kepada
Kristus."
Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal
itu terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga
bahagia. Ada sukacita di dalam surga. "Tetapi," saya katakan kepada
Bob, "ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada itu."
Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada
Kristus?
Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu
bertumbuh dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri
kepada Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang
lain kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama."
"Aha!" serunya. "Saya belum pernah memikirkannya!"
Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap
mulai menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa
ini banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua
benua oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk
melipatgandakan murid.
Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan
suatu lokakarya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu
berlangsung selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap
pertemuan, dan hadirin cukup banyak. Tema yang kami bawakan adalah
mengenai "Pemuridan di Gereja Setempat."
Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan
menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara
anggotanya di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan
sekarang memiliki sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil
sewaktu-waktu diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian ia dan
orang itu bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan
minatnya. Proses pemuridan itu diteruskan, dan selang beberapa waktu
mereka berempat mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan
itu berlipat ganda sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang
yang mengabdi dan yang sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat
dalam pekerjaan gereja.
Pendeta tua itu mengatakan bahwa pelayanan ini lebih menguntungkan,
memuaskan, dan menggairahkan daripada pelayanannya yang lain selama
tigapuluh lima tahun. Sesudah semua itu dipaparkan, mata dari banyak
mahasiswa seminari itu memancar dengan penuh gairah. Hampir-hampir
mereka tidak tahan untuk menunggu-nunggu lagi untuk pergi ke tempat
pelayanan mereka dan mulai melipatgandakan murid.
Yang sangat saya sukai tentang pelayanan melipatgandakan murid ialah
bahwa hal itu berdasarkan Alkitab dan dapat dijalankan. Pertama, hal
itu adalah cara Alkitabiah untuk menolong menaati Amanat Agung
Kristus (Matius 28:18-20), dan untuk menolong melatih pekerja-
pekerja (Matius 9:37,38) yang dewasa ini, seperti pada zaman
Kristus, masih sedikit.
Kedua, saya telah menyaksikan pelaksanaannya dan hasilnya lebih dari
duapuluh lima tahun. Ketika kami beberapa orang terlibat dalam
pelayanan melipatgandakan murid dalam tahun 1950-an, kami masih
belum menyusun dan mengorganisasikannya dengan baik. Kami hanya
menyebutnya "bekerja dengan beberapa orang." Tetapi sejak itu saya
telah memperhatikan pendeta, ibu rumah tangga, utusan Injil,
perawat, kontraktor bangunan, guru sekolah, dan pemilik toko
terlibat dalam kehidupan beberapa orang itu. Saya telah melihat
Tuhan memberkati usaha mereka dan melipatgandakan hidup mereka dalam
Kristus ke dalam hidup orang lain.
Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi dengan
orang Kristen lain dengan maksud membangun kehidupannya --
meluangkan waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih
secara sistematik -- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara
juga. Biarlah kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan
ketekunan pada waktu Saudara membagikan kehidupan yang telah
diberi-Nya kepada Saudara dengan orang lain.
Sumber:
Judul Buku: Pemuridan: Seni yang Hilang
Penulis : LeRoy Eims
Penerbit : Lembaga Literatur Baptis, 1993
Halaman : 10-12; 17-20
CD-SABDA : Topik 18224
|
|
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking